Disebuah kawasan terletak
tidak jauh dari dari pesisir pantai Jawa, ada sebuah kadipaten kecil yang konon
dipimpin oleh seorang kanjeng. Kepemimpinannya sangat bijaksana dan penuh
keteladanan, sehingga rakyat dan para abdi dalemnya sangat patuh dengan segala
nasihat yang diberikannya. Ia sangat dekat dengan rakyatnya, dengan penuh
keikhlasan dia memberi contoh bagaimana cara bercocok tanam yang baik dan
benar, Ia dengan dibantu oleh para abdi dalem yang setia mereka bersama sama
membuka kebun percontohan di belakang pendopo kadipaten, dengan percontohan
kebun tersebut rakyat dapat belajar langsung cara bercocok yang benar.
Daerah yang menjadi
kekuasaannya cukup luas, subur, dan karena keuletannya apa saja yang ditanam
akan tumbuh dengan baik, hasil panennya cukup melimpah ruah, sehingga dapat
mensejahterakan rakyat. Sangkin suburnya Romo Kanjeng memberi nama daerah
tersebut dengan nama Kadipaten Kebon Agung.
Keberhasilan Kepemimpinan Romo
Kanjeng dalam meningkatkan hasil bumi tersebar sampai kepelosok desa bahkan
sampai ke pusat Kerajaan Mataram. Kabar yang membuat heboh itu menjadi daya
tarik para bangsawan kerajaan untuk berkunjung ke daerah tersebut.
Pada suatu ketika salah satu
kerabat keraton Kerajaan Mataram datang berkunjung ke Kadipaten Kebon Agung, Sang
Pangeran terkejut melihat keadaan Pendopo Kadipaten tersebut, karena
Pendopo Kadipaten terhalang oleh sebuah sungai (pendopo kepalang kali atau
sungai). Dengan kearifan dan penuh santu Sang Pangeran menyarankan agar sungai
yang melintang di depan pendopo dipindahkan saja ke belakang pendopo kadiaten.
Peristiwa itu lah yang menjadi peringatan awal mula kadipaten yang konon
mendapat sebutan Kebun Agung, sekarang lebih dikenal dengan sebutan kadipaten Pemalang.
(Sumber: https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=327209474003963&id=225152447543000)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar